Laman

Cari Tentang ini

Senin, 07 Juni 2010

Seorang Ilmuwan Menciptakan Kamera Untuk Membidik Arwah

Selama ini, penampakan hantu yang tertangkap kamera dianggap sebagai kebetulan. Namun seorang pemburu hantu asal Inggris, Paul Rowland, berhasil menciptakan perangkat elektronik yang mampu menangkap arwah makhluk halus. Benarkah?
Perangkat elektronik rakitan Rowland ini dilengkapi sinar ultraviolet dan inframerah untuk menangkap gambar yang tidak mampu diabadikan kamera biasa. Bahkan ketika percobaan, pria berusia 49 tahun itu sukses menangkap arwah seorang bocah di salah satu ruang Mansion Welsh tempatnya bekerja. “Roh halus anak kecil itu berupa sebuah lengan orang dewasa yang bergerak mendekati saya,” ujar Paul seperti dilansir The Sun, Rabu (13/5).
Rowland mengaku terinspirasi mengembangkan perangkat itu setelah menyaksikan program berburu hantu di televisi, seperti Most Haunted. “Belum ada perangkat penangkap gambar semacam itu. Saya mencoba menciptakannya sendiri,” lanjutnya.
Rowland yakin alat itu mampu menangkap gambar sejumlah roh halus pada masa mendatang. Kamera itu menggunakan sinar ultraviolet dan biru yang memungkinkan menangkap gambar di ruang gelap. Perangkat itu juga dilengkapi dengan kamera digital still dan camcorder yang mampu menangkap gambar dalam sorotan cahaya ultraviolet.
http://kspemon.blogspot.com/

Bocah 18 Tahun Memancing Ikan Lele Raksasa



Binatang air, 7ft 11in dari kepala ke ekor, tertangkap saat perjalanan ke daerah yang terkenal untuk memancing ikan, Sungai Ebro di Spanyol. Simon, dari Park Road Westhoughton, bergabung dengan klub elit sekitar 30 orang di Inggris untuk menangkap ikan air tawar yang beratnya £ 200 atau lebih, dan sekitar hanya 300 pemancing di Eropa.
Remaja, yang sedang belajar pengelolaan perikanan di Myerscough College, dekat Preston, berkata: “Itu adalah ikan terbesar seumur hidup. Aku selalu ingin pergi ke Spanyol untuk mencoba dan menangkap ikan besar, saya rasa saya tidak pernah akan menangkap apa pun yang seukuran itu lagi atau bahkan mendekati itu. Itu impian nelayan menjadi kenyataan ‘
Mantan Westhoughton Parochial School dan murid Canon Slade Simon telah memancing sejak dia masih kecil dan pergi secara teratur, tapi itu pertama kalinya ia luar negeri untuk mengikuti pengejaran.
Simon dan walinya, Richard Cornes, melakukan perjalanan ke Spanyol pada Minggu Paskah dan dalam menjalankan tugas 18 jam di tepi air, 6am sampai tengah malam, sepanjang Segrè, anak sungai dari Sungai Ebro. Pada hari pertama Simon mengira ia punya ikan lele yang besar tetapi berhasil lolos. Dua hari kemudian saat makan malam tiba ia mendapat kesempatan kedua.
Simon berkata: “Aku kehilangan salah satu ikan ukuran yang sama, yang beruntung, jadi saya berharap ini adalah kesempatan saya. “Butuh waktu sekitar 20 menit untuk membawa ke darat dan beratnya, itu adalah pertempuran yang paling sulit yang pernah saya lakukan. Saya sangat terkejut ketika aku melihatnya. Tidak ada yang akan percaya saya sampai mereka melihat foto-foto. “

Bocah 5 Tahun Yang Memiliki 3 Tangan

Sekilas tak ada yang aneh pada Rendi Sihurer bocah yang berumur 5 tahun ini, buah hati Faisal Sihurer yang tercatat sebagai warga Kampung Islam, Kelurahan Papusungan, Kecamatan Lembeh Selatan, Pulau Lembeh, Bitung, Sulawesi Utara. Gelak tawa dan keriangan terus menghiasi wajahnya.
Sehari-hari Rendi juga terlihat asyik bermain dengan teman-teman sebayanya. Namun, siapa kira di balik pakaian yang membalut tubuhnya, persisnya di bagian punggung, terdapat daging tumbuh yang menyerupai tangan. Disebut demikian karena di bagian ujungnya terlihat kuku.
Rendi mengaku tidak terganggu dengan keganjilan itu. Dia juga mengaku tak merasa sakit dengan daging tumbuh di bagian punggungnya. “Tidak sakit,” ucapnya lugu, ketika ditemui pada Sabtu (17/4/2010).
Hebatnya, dia juga tak lantas rendah diri dengan keadaan tubuhnya. Sebaliknya, dia tetap mengisi hari-harinya seperti bocah seusianya, misalnya bermain sepak bola di pantai. Ketika bermain bola pun dia tak mengenakan baju sehingga “tangan ketiganya” terlihat menonjol di punggungnya. “Tidak,” jawab Rendi ketika ditanya apakah dia tidak merasa terganggu.
Faisal mengaku, sewaktu istrinya hendak melahirkan, dia tidak merasa ada keanehan, apalagi pertanda seperti firasat.
“Sudah sejak dari lahir,” ucap Faisal yang mengaku mempunyai empat anak, dengan tiga di antaranya masih berada di tengah keluarga lantaran si sulung sudah lebih dulu kembali ke pangkuan Tuhan YME. “Rendi anak saya bungsu,” akunya. Dia mengungkapkan, sehari-hari tidak ada keluhan dari buah hatinya itu.
Namun memang, katanya, kalau tangan itu ditarik barulah Rendi merasa kesakitan karena di tangan itu terdapat tulang rawan yang menyatu dengan punggung anaknya. “Kalau ada yang tarik dia kesakitan,” ungkap Faisal menirukan pengakuan buah hatinya.
Faisal mengaku ingin sekali anaknya dapat dioperasi sehingga daging menyerupai tangan yang tumbuh di punggung buah hatinya bisa disingkirkan. Namun, pendapatannya sebagai pekerja serabutan membuat keinginan itu untuk sementara dipendamnya dalam-dalam.
Dia mengaku ingin sekali membawa anaknya ke dokter. Ia juga mengaku tergoda hendak menggunting kuku yang tumbuh di “tangan ketiga” buah hatinya. Namun, “Saya tidak ada uang untuk membiayai operasi,” ucapnya dengan mata menerawang.
Sehari-hari dia mengaku menghidupi keluarga dengan menjadi kuli bangunan. Itu pun tidak setiap hari ada pekerjaan. Kini, dia hanya dapat berdoa sembari menunggu uluran tangan dermawan yang ingin membantu menjawab mimpinya.
“Sekarang dia tidak merasa minder karena masih kecil. Yang saya takutkan kalau dia sudah besar nanti merasa minder,” aku Faisal. Anda ingin menjadi dermawan itu?

Rabu, 02 Juni 2010

Tropical Storm Agatha kills 150 in Central America

Tropical Storm Agatha kills 150 in Central America
A massive sinkhole covers a street intersection in downtown Guatemala City, Monday May 31, 2010.
GUATEMALA CITY (AP) - Flooding and landslides from the season's first tropical storm have killed at least 150 people and made thousands homeless in Central America, officials said.

Dozens of people were missing and emergency crews struggled to reach isolated communities cut off by washed-out roads and collapsed bridges caused by Tropical Storm Agatha.

The sun emerged Monday in hardest-hit Guatemala, where officials reported 123 dead and at least 90 missing. In the department of Chimaltenango - a province west of Guatemala City - landslides buried dozens of rural Indian communities and killed at least 60 people, Gov. Erick de Leon said.

"The department has collapsed," de Leon said. "There are a lot of dead people. The roads are blocked. The shelters are overflowing. We need water, food, clothes, blankets - but above all, money."

In the tiny village of Parajbei, a slide smothered three homes and killed 11 people.

"It was raining really hard and there was a huge noise," said Vicente Azcaj, 56, who ran outside and saw that a hill had crumbled. "Now everyone is afraid that the same will happen to their homes."

Volunteers from nearby villages worked nonstop since Sunday to recover the bodies in Parajbei, and on Monday they found the last two: brothers, 4 and 8 years old, who were buried under tons of dirt, rocks and trees.

As a thank-you, rescuers got a plate of rice and beans from the mayor of nearby Santa Apolonia.

"It's a small thing, but it comes from the heart," Tulio Nunez told them through a translator.

Nunez said he worried about the well-being of survivors in the area because landslides blocked roads and broke water pipes.

"They don't have anything to drink," he said.

In all some 110,000 people were evacuated in Guatemala.

Thousands more fled their homes in neighboring Honduras, where the death toll rose to 17 while meteorologists predicted three more days of rain.

Two dams near the capital of Tegucigalpa overflowed into a nearby river, and officials warned people to stay away from swollen waterways.

"The risk is enormous," Mayor Ricardo Alvarez said.

In El Salvador, 11,000 people were evacuated. The death toll rose to 10 and two others were missing, President Mauricio Funes said Monday night.

About 95 percent of the country's roads were affected by landslides, but most remained open, Transportation Minister Gerson Martinez said. He said 179 bridges had been wrecked.

The Lempa River, which flows to the Pacific, topped its banks and flooded at least 20 villages, affecting some 6,000 people, said Jorge Melendez, director of the Civil Protection Agency.

Officials warned that the Acelhuate River, which cuts through San Salvador, was running at dangerously high levels and threatened to spill over into the capital's streets.

Melendez said classes would be suspended Tuesday in all primary and secondary schools and public and private universities across El Salvador.

Agatha made landfall near the Guatemala-Mexico border Saturday as a tropical storm with winds up to 45 mph (75 kph). It dissipated the following day over the mountains of western Guatemala.

The rising death toll is reminding nervous residents of Hurricane Mitch, which hovered over Central America for days in 1998, causing flooding and mudslides that killed nearly 11,000 people and left more than 8,000 missing and unaccounted for.

Rescue efforts in Guatemala have been complicated by a volcanic eruption Thursday near the capital that blanketed parts of the area with ash.

Selasa, 01 Juni 2010

Hell's Door

Flame Hell's Door in Turkmenistan

Comment: I received a PowerPoint today of a place called the Darvaza
Well in Turkmenistan. The email explains that the place is an abandoned
Soviet era mine that had collapsed and dangerously seeped gas.
Authorities lit the crater on fire to eliminate the gas in 1971 and it has
been burning ever since. There are many photos on the web showing the
crater in daylight and at night, so my judgment is that the crater is real.
The background and description sounds fishy.

Here is the copy, verbatim, from the PowerPoint. I grabbed the photos off
the web using a Google search for Darvaza Well:

In the middle of the Karakoum (Turkmenistan) desert, close to the
disappeared village called Darvaza, there is a crater of about one
hundred meters of diameter and more than twenty meters of depth,
called “the hell’s door”. Inside this well, a fire has been burning for
dozens of years, a fire that looks endless. The Darvaza well is not
a work of nature, but the result of an unfortunate soviet mining
prospection started in the 50’s. In 1971, a drilling provoked the
collapse of an underground cavity, so revealing a gaping hole
leaking enormous quantities of gas. The geologists decided to torch
the well to eliminate such toxic gas, The soviets grossly underestimated
the dimensions of the cavity: the gas that should have burned out
within a few weeks has actually kept burning without interruption since
1971! It is unknown for how long “the « hell’s door » will keep on
burning. Even though the well of Darvaza is located in a region difficult to
access, a lot of people gather there to observe this fascinating
phenomenon. The intense heat coming from the crater allows to approach
the place only for a few minutes because of the unbearable temperature.
At night the show is Dantean: the fire burns in all its magnificence, giving
the well the look of a volcanic burning crater.